Problematika yang sering dialami oleh ibu bekerja adalah menyeimbangkan peran dalam karier dan keluarga. Sebagian perempuan cenderung mengutamakan pekerjaan dan menyisihkan kepentingan keluarga. Bukankah dengan bekerja kita dapat membantu menambah penghasilan untuk keluarga?
"Hal ini tidaklah sepenuhnya salah, karena sejujurnya memang sangat berat untuk bisa bersikap adil pada dua hal ini. Namun yang harus diingat adalah karier dan keluarga bukanlah pilihan, karena kedua hal ini bisa diseimbangkan satu sama lain," ungkap Yenny Wahid, Direktur Wahid Institute, dalam acara "The Path Forward" untuk menyambut Hari Perempuan Internasional di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Yenny, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar karier dan keluarga bisa berjalan beriringan dan saling mendukung satu sama lain.
1. Perempuan punya banyak kemudahan
Zaman sekarang, sebenarnya perempuan sudah banyak mendapatkan berbagai kemudahan untuk bisa menjalankan karier dan keluarga semaksimal mungkin. "Perempuan bekerja di Indonesia lebih beruntung dibanding perempuan di Amerika, karena kita mendapatkan kemudahan dengan adanya pekerja rumah tangga yang siap membantu kita kapan saja," tukas Yenny.
Adanya pekerja rumah tangga sebenarnya sudah cukup membantu kita mengatasi kerepotan rumah tangga, seperti memasak, mencuci piring, membersihkan rumah, sampai menjaga anak ketika kita sedang sibuk bekerja. Namun yang harus dipahami adalah, pekerja rumah tangga hanya sebatas membantu meringankan tugas kita di rumah, dan bukan untuk mengambil alih tugas Anda, terutama sebagai orangtua yang menjaga anak-anak.
"Manfaatkan kemudahan ini untuk meringankan tugas Anda sebagai ibu rumah tangga," sarannya.
2. Tentukan prioritas
Kita memang tidak perlu memilih antara karier dan keluarga, tetapi kedua hal tersebut perlu diseimbangkan. Yang kita perlukan adalah menentukan mana yang harus diprioritaskan dibandingkan yang lain. "Sebagai seorang ibu saya lebih memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan. Kedua-duanya sama pentingnya, namun keluarga adalah prioritas," beber Yenny.
Mana yang harus diprioritaskan tentu berbeda antara satu orang dengan yang lain, karena setiap orang memiliki kondisi dan kebutuhan yang berbeda-beda. Prioritas pun sebenarnya bisa fleksibel berdasarkan kondisi yang dialami saat itu. Misalnya ketika diharuskan lembur, maka Anda bisa sedikit mengorbankan waktu untuk tidak menemani anak tidur. Namun, jangan lupa meminta suami atau anggota keluarga yang lain untuk menggantikan tugas Anda menemani anak tidur, dan "membayarnya" di lain waktu.
3. Dukungan suami
Ketika sudah menikah dan berkeluarga, Anda bukan lagi orang yang bebas dan bisa memutuskan segala sesuatunya sendiri, termasuk dalam hal pekerjaan. Sebaiknya minta dukungan dari suami untuk setiap hal yang Anda lakukan. "Dukungan suami akan sangat dibutuhkan, karena suami adalah partner yang diharapkan bisa selalu mendukung dan mem-back-up kita," tukasnya.
Dengan dukungan suami, peran sebagai ibu bekerja dan ibu rumah tangga akan lebih mudah dijalani. Karena suami bisa membantu meringankan tugas kita ketika kita sedang membutuhkan bantuan. Meski perempuan punya sifat multitasking, namun suatu saat kita tetap membutuhkan bantuan dari orang lain, terutama dari suami sebagai partner dalam hidup berumah tangga. Dukungan suami dalam karier juga dirasakan oleh Yenny sebagai salah satu cara untuk meningkatkan emotional bonding antara suami istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar